( Diambil dari salah satu milis..)
Berdoa Baca Al Fatihah di Gereja St Barbara, Utrecht
Tadi sore ini, Kemis, 17 Januari 2008, sebagian masyarakat Indonesia di
Belanda (ada yang dari Jerman) menghadiri pemakaman Sri Hardan Harminah
(1 Jan 1929-13 Jan 2008) istri salah seorang sahabat kami, Slamet Hardan
yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Perhatian cukup besar. Gereja
St Barbara di Prinsessenlaan 2, Utrecht penuh sesak dengan keluarga dan
para sahabat mendiang Harminah. Broto, sesepuh sebagian masyrakat
Indonesia di Utrecht dan sekitar, menceriterakan keramahan dan
kesungguh-sungguhan mendiang dalam menggalang perkenalan dan
persahabatan dengan para tetangga dan relasi. Salah seorang sahabat
terdekat Belanda Harminah adalah Jackeline. Jang selalu mambantu
Herminah setelah ditinggalkan suaminya, apalagi sejak Hermnah menderita
sakit. Kami semua menyatakan rasa hormat dan terimakasih kepada
Jackeline.
Yang ingin kuangkat dan kusoroti dalam kolom 'Berbagi Cerita (Intermezo 9)' kali ini ialah
suatu keistimewaan yang telah terjadi pada pemakaman Harminah. Sebagai
seorang Muslimah, Harminah dimakamkan menurut terdisi Islam. Namun,
upacara kematian dan pembacaan doa menurut Islam untuk Harminah
dilakukan di sebuah G e r e j a K a t o l i k, yaitu Gereja St Barbara
di Utrecht.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa sore tadi itu telah terjadi
suatu peristiwa TOLERANSI AGAMA yang unik. Seorang beragama Islam,
diupacarakan secara Islam termasuk doa-doa yang dilakukan oleh Haji DR.
K. Prawira (Den Haag) bertempat di sebuah gereja Katolik. Di satu fihak
keluarga Harminah samasekali tidak ada keberatan apa-apa bahwa kerabat
mereka yang Muslimah itu, upacara kematiannya berserta doa dilangsungkan
di sebuah gereja Katolik. Di segi lainnya, fihak Gereja St Barbara, juga
tak ada keberatan apa-apa bahkan dengan segala senang hati bersedia
ambil bagian dalam upacara itu.
Demikianlah tadi sore itu, aku ikut ambil bagian dalam doa bersama untuk
arwah Harminah agar diterima di sisi Allah SWT, membacakan surah AL
FATIHAH. Ketika selesai membaca Surah Al Fatihah, sahabatku Taufik yang
duduk di sampingku berbisik: Masih hafal surah Al Fatihah ya? Jelas,
jawabku. Tidak percuma aku bersekolah di Sekolah Rakyat Muhammadiyah
dulu.
Selesai mengantarkan Harminah ke tempat peristirahatannya yang terakhir,
di liang lahat yang sama dimana mendiang suaminya dibaringkan,
teman-teman yang kuajak cakap-cakap, sependapat: Merasa lega bahwa sore
itu telah menghadiri suatu upacara kematian seorang Muslimah di sebuah
gereja Nasrani.
bagian hidup dari MASYARAKAT di BELANDA yang TOLERAN AGAMA. Saling
menghormati agama masing-masing dalam suasana harmonis dan damai. * * *
0 komentar:
Posting Komentar